19.8.04

Buat Aan Sunarya

19 Agustus 2004, Kenitra
pukul 04,30,bersama kantuk masih juga belom datang
( tanpa Judul ) buat saudaraku aan sunarya

an…
tali didiarymu sudah putus
semoga tidak diarti isinya ikut putus
dan tidak terjaga rahasianya,
apa?, rahasia?
antara kita berdua?
Ah, tentu bukan…
Karena aku tidak pernah menuliskannya
Kamu tuh yang tahu mana rahasia dan enggak
Kamu tuh yang nulis mana rahasia dan enggak
Yang aku tahu hanya buka mata dan membacanya
Lalau tutup mulut, itu saja.

Adzan subuh bergema, kencang sekali kudengar, karena subuh kali ini begitu sepi, tanpa ayam berkokok, tanpa derap kaki para jemaah mesjid, juga tanpa suara pintu yang dibuka tuan rumah.
Oh, ya. yang kudengar saat ini hanyalah detak -detik jam dan suara keyboard yang masih mengisikan suara buat telingaku yang sepi ini.
Dan Satu-satunya kebisingan yang muncul juga, hanya dari riuhan kipas CPU yang terus membujuku, baca aja deh diarynya…. Mumpung sendirian… tuh lihat pengikatnya aja sudah putus…terus dan terus bising ditelingaku ini.
Akhirnya ….
Oke… !! jawab hatiku, namun tunggu sebentar, aku mau shalat shubuh dulu.

Sehabis shalat, kokok ayam mulai terdengar, derap langkah dilantai atas mulai kudengar sebagai tanda sudah ada yang bangun, dan tidaklah tepat kalau sepi dan kesepian dijadikan alasan untuk membuka diarymu itu, o… burung-burung juga sudah mulai bernyanyi diluar…jangaaaan.. enggak baik…jangaan….dalam lagunya.

Namun, aku masih juga berhasrat untuk membukanya,
Entahlah….
Yang terbayang sekarang lain lagi, bukan sepi, bukan sendiri, tapi adiku Ime… perasaan dia pernah mengisi diarymu itu, dan tetap ime tidak bisa dijadikan alasan untukku buat membuka diarymu itu, tolong jangan salahkan dia yang telah mengisinya sehingga mengundangku untuk membacanya, karena yang salah tetap saya yang telah membaca tanpa permisi.
Dan saya mohon maaf, atas kehilapan ini, jangan marah ye… tujuanku khan sekedar melihat tulisan si Ime kok, jadi Curhat-2an kamu enggak saya baca.. Suwerrrr…

Tengkyu berat…
Saya jadi inget si Ime yang selalu malu didepan saya, bahkan ketakutan malahan
Saya juga jadi inget sama dia yang selalu berusaha untuk melarikan diri ketika melihat saya, walaupun masih jauh.

Pesanannya buat ente: kopi susu, roti bakar dan chilok. Tiga permintaan yang sangat saya kagumi, entahlah…. mengapa dia lebih suka rotti bakar daripada coklat silver queen, atau… jangan-jangan rotti bakarnya rasa coklat kali…he.. tapi, dia memang begitu, dia lebih suka pecel lele daripada ciken kentucky, lebih suka bakso daripada makaroni, tapi kalau disodorin kedua2nya, pasti dimakan juga seeh…he..

Yang jelas, saya belum pernah ngasih dia roti bakar, walaupun sekarang sudah jadi menu resmi disini, ditambah dua lagi, roti goreng dan roti minyook, canggih… sudah hampir dua minggu lewat saya pake menu itu, walau ada e-negnya dikit tapi belum juga bosan… pantes si ime suka… he….

Untuk mengakhiri tulisan ini, dari tujuh yang harus diinget sama ente.. ting…. Hanya satu yang beda dengan yang dia tulis didiary saya yaitu: … eh, iya. Ketinggalan nich! Jangan lupa gosok gigi dan baca do’a sebelum tidur ok!!! He….tolong jangan dilupain yaaaa…

10.8.04

Sepucuk surat buat Nora



Apa kabar kamu disana ?

Kalau tidak, banyak-banyaklah beli sapu sekarang, musim sudah mulai Panas, hujan sedikit turun, debu dan kerikil mulai terbang, cepat bersihkan sebelum menumpuk atau belilah AC dan kipas angin.. supaya sedikit bernafas legaaaaaaaa, lalu Rileks sejenak sembari merenungkan…alangkah panasnya matahari hari ini, lalu bandingkan dengan panasnya matahati esok… esok hari, ketika hatimu menemukan matahari sudah berganti…

STOP !! aku tidak paham, apa itu maksudnya matahari akan berganti
Yang pasti kita masih bisa bersyukur hari ini, tengkyu tuhan… engkau telah ciptakan angin dan angan, yang sedikitnya masih bisa menyisakan aku tentang sebuah harapan,
Apa ! ha-ra-pa-n ?

Yup…harapan adalah komposisi huruf mati yang berselang hurup hidup yang sama « yaitu « A » dalam artian nilai sebuah peluang adalah 50/50, antara hidup dan mati, antara untung dan rugi, antara bertambah dan berkurang… de-el-el.. dech, selebihnya bisa kamu tanyakan sendiri sama om Zero sum Game.

Alkisah menceritakan, suatu hari Sultan Abu Jamil II menanyai aku tentang abdullah ibnu saba…. Yaaa yang lain dong, terus terang kalau orang yang satu ini aku emang belom kenal, pernah seeh dengar kabar angin tentangnya, tapi aku enggak berani nebak sejarah, sejarah bukan untuk dikira-kira apalagi direka, namun ketika kita dihadapkan pada seseorang setingkat Sultan, jangankan untuk menolak menjawab, menghampiri saja sudah gemeteran, senjata pamungkasku hanya pura-pura lupa aja aaaa… aaaa… aku berlagak sok lupa, padahal emang enggak tahu..

Oke… oke, sultan abu jamil II stylenya seperti mau nanya yang lain.. dan benar dia ganti pertanyaan.. sekarang kamu tahu, dengan apa Khalifah Utsman bin Affan difitnah ? Ya ampuuuun, yang satu ini juga aku enggak tahu lagi.. “hey.. kamu paham pertanyaan saya ?” “yup…” jawabku dengan anggukan ragu, “okey jawablah… kamu bisa bahasa inggris? Coba pake inggris…” sultan terus mendesakku…”kemon men…” lagaknya so keren, dan aku makin keringatan dingin saja dibuatnya.

Tapi alhamdulillah tidak lama dari itu HP sultan bunyi berdering “ tiiing,,,” wah ringtonenya lagu ahsas gamilnya Elisa lagi, dan Sultan pun permisi sejenak untuk menjawab telpon, nah kesempatan itulah yang saya pergunakan untuk mencari jawaban dari pertanyaan sultan tadi dengan mendiskusikannya dengan teman teman sebangku, dan akhirnya setibanya Sultan didepanku akupun bisa menjawab pertanyaannya tadi, “ nah gitu dong… makanya kalau lupa jangan kelamaan…” sindir sang Sultan sambil senyum tipis “kamu saya nyatakan lulus” tunjuknya dengan pasti.

Wakakakakakak…. Saya keluar dari ruangan itu dengan hati tertawa dan mencari jawaban, siapa gerangan yang menelpon sultan sore itu? Sungguh dialah yang telah menyelamatkanku. Memang pertolongan Tuhan itu tanpa kita tahu dan sepatutnya kita bersyukur kepadanya dengan tidak mengenal waktu juga. Dan semoga Nora mengerti…
Couuuu…..