suatu hari di depan pasar trdisional rabat seorang kakek tua penjual air minum (garb) berusaha menghentikan langkah saya, seraya menyapa dia menawarkan segelas air minum "dengan menyebut nama allah minumlah anaku" masih dalam keadaan berjalan saya pun menolaknya dan dengan ucapan terima kasih saya langsung menghindar, tapi kakek itu terus mengejar dan semakin kuat memanggil "demi tuhan ambilah anaku,ini fisabilillah dan bila engkau minum air ini insyaallah masuk sorga" saya kontan tersentak dan berhenti, dengan penuh keraguan akhirnya air tersebut saya minum, setelah minum iseng-iseng saya tanya " kek benarkah saya akan masuk sorga setelah minum air ini?" sambil tersenyum kakek itu malah menggandeng pundak saya dan mengajak jalan menuju pantai oudaya.
sepanjang perjalan dia cerita panjang lebar seputar hikayat air,hakekat air dan berkah air bagi manusia hingga tiba pada suatu kesimpulan bahwa air adalah salah satu anugrah tuhan yang sangat besar bagi manusia, kita mesti mensyukurinya yaitu dengan menggunakannya untuk kebaikan bersama, serta menghargainya layaknya ciptaan Allah lainnya, dan dari penghargaan itulah yang akan membawa kita kesorga. dan akirnya dia pun cerita juga tentang suka dukanya sebagai penjaja air minum tradisional yang ternyata sudah turun menurun dari keluarganya itu dengan persaingan tidak seimbang dengan produk dari pabrik air minum botol yang sungguh cerita yang sangat mengharukan dan memancing saya untuk membeli airnya juga.
***
Dilorong depan terowongan stasiun kereta api kenitra besar yang merupakan pintu terusan menuju universitas ibn toufeil bagi mahasiswa yang datang dari arah barat seorang pengemis tua duduk bersila diatas tongkat penyangga kakinya seraya tidak henti hentinya mendo'akan mahasiswa dan mahasiswi yang lalu lalang didepannya, do'a do'a " semoga allah memberikan kelulusan" "semoga allah memberimu ilmu yang bermanfaat" "semoga Allah memberikan petunjuk" dan do'a lainnya terus dikumandangkan. sesekali kalau saya pulang berjalan kaki saya pun melewatinya dan sengaja uang yang saya sediakan untuk ongkos bis saya taruh di piring yang telah ia sediakan.
namun dari beberapakali saya melewatinya, yang tampak dalam piring itu hanya ada tiga koin satu dirhaman, suatu hari sepulang dari kuliah saya iseng berkenalan dengannya dan setelah bercakap cakap panjang akhirnya saya beranikan diri bertanya, saya bilang " hari ini sudah sore sekali apakah hanya ada tiga orang saja yang bersedekah?" pak ahmad begitulah dia memperkenalkan namanya dengan tanggungan satu orang anak dibangku setingkat Sd itu kaget "lho... kamu tahu dari mana?" beliau balik bertanya. saya pun akhirnya jujur kalau saya menafsirkan tiga orang itu dari isi piringnya yang hanya ada tiga koin dirhaman. dan diapun tersenyum sambil mengusap usap kepala saya.
sambil menarik nafas panjang beliau bertutur "itulah konsep memancing", walau dia menolak memberitahu penghasilannya perhari berapa namun saya dapat menyimpulkan bahwa tiga dirham itu hanyalah umpan untuk memancing agar ada kesan bahwa masih ada orang yang peduli, urusan beliau dapat berapa itu sudah dicatat takdir karena menjadi seorang pengemis ternyata sama halnya seperti seorang nelayan yang memancing diair keruh yang memungkinkan untuk pulang dengan ikan yang banyak atau sama sekali tidak dapat apa-apa. diakhir pembicaraan beliau bertanya "kamu dapat beasiswa?" saya jawab "enggak" "terus orangtuamu kirim uang?" saya jawab lagi "enggak" raut wajahnya tampak heran "lalu darimana kamu dapatkan uang?" saya pun tersenyum dan sambil berpamit saya bilang "arrizku minallah (rezeki itu datangnya dari allah)", dengan senyum beliaupun mengangguk setuju.
***
memancing dalam artian sebenarnya adalah hoby yang sudah saya kenal sejak kecil, adapun di maroko pertama kali saya memancing di samudra atlantik itu akhir september 2004 di pantai al jadida dan kebetulan ada teman yang saudaranya penjaga pintu pabrik posfat jadi memancing malam itu kami adakan diatas tabung tabung limbah posfat yang ditanam menjulur ketengah, sahdan kita tidak perlu perahu untuk ketengah pantai, lain panatai lain ikannya dengan gaya memancing ala di rawa depan rumah dulu yang saya pakai satu pun ikan tidak ada yang menyentuh kail saya, sampai dini hari satu pun ikan tidak saya dapatkan, sampai akhirnya datanglah rombongan para nelayan yang hendak memancing disana, saya intip cara mereka memancing ternyata tidak pakai doran hanya senar dan kail saja dan tanpa pemberat hanya dijatuhkan saja dipermukaan air kailnya dan cara mereka begitu epektif dan banyak sekali ikan yang mereka dapatkan, yah akhirnya sayapun menggunakan cara itu, barulah dapat ikan.
memancing ternyata tidak semudah yang terbayangkan ...