19.8.08

Memanjat Pinangkah kita



memanjat pinang menjadi sangat populer disaat-saat HUT kemerdekaan seperti ini, entah dimulai sejak kapan sejarahnya, yang pasti tradisi ini sudah mengakar rumput di halaman balai desa seluruh nusantara, begitu pun di desa kami ciajag, setiap HUT-RI setidaknya ada 20 pohon pinang yang sudah berubah menjadi pinang berhadiah.

ada rasa tersendiri ketika kami melewati depan balai desa yang berhiaskan pinang berhadiah itu, kadang waktu kecil saya sering tertantang untuk ikut licin-licinan dengan oli yang menempel di pohon pinang, walau kadang sesudahnya badan sakit-sakit dan tentunya ibu saya marah besar karena oli yang menempel di rambut, badan dan baju sulit dibersihkan baunya.

memeriahkan HUT-RI memang unik walau kadang ada juga kisah sedihnya, waktu itu akhir tahun 80-an kami masih kelas 4 SD, panitia waktu itu menyediakan perlombaan panjat pinang untuk kelas usia kami, tingginya enggak sampai 10 meter, akhirnya kami dibentuk menjadi tiga group beranggotakan lima orang, lalu kami pun berlomba, tentunya dengan sorak-sorai keluarga kami yang menonton.

satu jam lewat sudah satupun dari tiga tim tidak ada yang mampu naik, ini paniatianya curang nih, gerutu teman saya, soalnya olinya kebanyakan banget... akhirnya grup kami mengalah kecapean, tapi masih ada satu grup yang masih mau meneruskan, malangnya ketika grup itu memaksakan untuk meneruskan tiba-tiba di tengah pemanjatan salah satu anggota yg sudah berada di tengah pinang terpleset dan gedubak!!... jatuh tersungkur, ibu-ibu banyak yang histeris teriak dan bapak-bapaknya hening melihat dadang yang terpental jatuh dari pohon pinang.

kecuali bapaknya sidadang yang melompat berlari menuju anaknya yang jatuh, dan beritanya adalah dadang patah tangannya, akhirnya dilarikan kepuskesmas terdekat dan panitia HUT-RI memberhentikan lomba dengan menebang pohon pinangnya.

sore hari, karena rumah sidadang dekat mesjid, sebelum kemesjid saya dan beberapa rekan menyempatkan diri menjenguk sidadang yang sudah di gip tangannya, tiba-tiba datang salah satu anggota panitia mengantar satu buah teko plastik dan sepasang sendal jepit besar, katanya itu untuk sidadang dari hasil pembagian rata hadiah diatas pinang yang sudah ditebang, dan kemudian dia pun berlalu begitu saja.

sebagai sahabat sidadang, melihat gaya dan cara panitia tadi kami semua sangat kecewa, bukan besar dan kecil nilai nominal hadiahnya, tapi kegunaan buat sidadangnya itu apa? sendal jepit besar, teko.. ya itu mungkin untuk ibunya, tapi sang korban sama sekali tidak mendapatkan apa-apa, jangankan asuransi obat ke dokterpun ditanggung korban.

memang menemukan panitia yang cerdas itu sulit, yang mampu melihat keadaan peserta dengan mata asas manfaat, coba kalau waktu itu yang diperebutkan adalah satu set buku pelajaran atau alat tulis atau beasiswa pembebasan uang SPP, sidadang akan sangat terhormat berkorbannya.

meriah dan banyaknya hadiah, tanpa ada esensi yang bermanfaat saya rasa bukan nilai dari mengisi hari kemerdekaan, kita tidak pernah merasakan getirnya perjuangan, dan bahkan ada yang belum pernah merasakan sakitnya panjat pinang sekalipun, saya rasa jika suatu hari kita menjadi panitianya pikirkanlah asas manfaat hadiahnya, coba bayangkan seorang anak usia 12 tahun hanya mendapatkan ukiran lambang garuda dari kayu, bukan mengecilkan lambang negara, tapi menurut saya dia akan lebih bahagia jika mendapatkan sebuah robot atau mainan dari pelastik yang cocok untuknya.

merdeka !!!..

Veteran Pas Ki Bra


kisah ini tentang sahabat saya, yang sengaja saya persiapkan kisah ini untuk reuni nanti ketika kami sudah lansia, hehehe... ide ini muncul dari lelucon antara kami bertiga selepas upacara HUT-Kemerdekaan RI ke-63 kemarin.

waktu itu saya bilang ke dia "saya bangga memiliki sahabat yang sudah menaikan bendera sang saka merah putih sebanyak lima kali berturut-berturut di HUT-Kemerdekaan RI". bagi saya orang seperti dia tidak ada alasan diragukan lagi rasa nasionalismenya dan perasaan bangga saya ini bukan sekedar lelucon, ini murni dari hati dan tentunya sebagai ucapan selamat dan merdeka!! kepadanya.

yang menjadi lelucon, sahabat saya satunya lagi nimbrung komentar " elo nih... entar kalau udah tua gw nobatkan sebagai veteran pas-ki-bra, wajib hukumnya, ini rekor muri soalnya enggak ada jendral satu pun yang sampai lima kali menaikan sang saka di event terpenting negara kita, bahkan SBY berdosa sama arwah pejuang kalau enggak ngasih penghargaan sama elo". hahahaha....

semua yang dengar pun ikut tertawa, walau akhirnya semuanya hening mendengarkan curhat sang calon veteran tadi, mau tahu curhatnya?... sungguh sangat dilematis, singkat abis dan dramatis. coba deh baca:

" jangan bilang veteran perang, jangan bilang nasionalis, jangan bilang merdeka, kita hanya makhluk tuhan yang baru mampu menghormati veteran perang dengan ceremonial saja, kita baru memakai nasionalis untuk ajakan upacara dan kita berteriak keras merdeka dengan membelenggu kemerdekaan" .

mendengar demikian, jujur hati saya bertepuk tangan, walau ekspresi keluar hanya menelan ludah dan menarik napas panjang, mungkin itulah curhat terdalam pertama yang saya dengar penuh dengan makna kebangsaan layaknya para orator kampanye partai politik dengan spontanitasnya.

memang sih, kalau melihat keadaannya sahabat saya satu ini sama sekali belum ada titik terang kehidupanya, hidup hanya mengandalkan dari usaha kecil-kecilan berdagang, mungkin untuk menghidupi kesehariannya pun sangat tidak mungkin, maka wajarlah ketika pertama kali dulu diajak ikut paskibra dengan berimingkan sertifikat dan sahabatnya, dia langsung oke, walau ada sesuatu hal yang menjadikan sesuatu itu tidak jadi, tapi kalau udah urusan bangsa dan negara perang melawan belanda kembali pun dia siap.

bahkan pernah dulu ketika paskibra ketiga kalinya, negara sudah menjanjikan sejumlah dana padanya, tapi tidak jadi diberi, sempat dia mau protes dan bawa mahasiswa berdemo, hanya waktu itu kami menahanya, enggak usahlah, enggak bagus kedengerannya, yang penting kita telah menjalankan kewajiban kita, jika ada hak yang tidak sampai kepada kita itu bukan dosa kita.

sebagai saksi sejarah saya hanya mau mencatat saja, karena ketiadaan sertifikasi menjadikan

kami sebagai juru kisah nanti kepada anak dan cucunya, ceile...yang pasti saya bangga dengan rekan sekalian yang telah ikhlas membantu negara dengan tanpa mempersoalkan tanda jasa, kalaupun negara terlalu sibuk untuk sekedar menghormati para veteran, atau bahkan tidak mampu membayarnya, saya sebagai warga negara yang akan menghargai jasa kalian semua dengan tidak melupakannya.

kalau urusan hutang negara padanya, itu diselesaikan saja dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, soalnya ini akan masuk rekor muri lagi, bagai manapun juga negara lho yang berhutang sama sahabat saya... hahaha, bukan besar dan kecilnya nominalnya tapi ini sangkutannya negara, berarti kita semua yang berhutang, oke, akhirnya dengan serak saya akan berteriak merdeka!!!