28.1.03

Lailatul Qodar


MALAM SERIBU MALAM

Pada malam itu langit terbelah, pintu-pintu Sorga turut terbuka menaburkan bunga-bunga berkah , seisi Bumi hening, pepohonan terdiam, hewan - hewan lelap dan tetesan air pun membeku, seolah semua turut merasakan getaran datangnya ribuan Malaikat yang turun dari belahan langit itu dibawah pimpinan Malaikat Sayid Al-Qodr membawakan beribu magfirah untuk hamba Allah manusia-manusia shaleh yang masih terjaga menghidupkan malam itu sampai pajar jelang mekar membawa kehidupan baru.

Itulah malam seribu malam, malam puncaknya peribadahan, dimana tamatnya bacaan Al-Quran iman Masjid dan momen besar bagi orang kaya untuk bersedekah, malam yang telah dinanti selama 26 hari di bulan Ramadhan oleh Sebagian besar Muslimin Marokko dengan berkilo-kilo Shoufouf ,berliter-liter Harira dan bergunung-gunung Kus kus yang kesemuanya itu sengaja didatangkan membanjiri Mesjid, "tidak ada alasan untuk tidak berbahagia dimalam itu selama kita ada dirumah Allah", begitulah sekirannya perinsip sebagian dari mereka, "jangankan berkah dari langit dari bumi pun melimpah-ruah" sebagian lain menimpali sembari memeluk dan menyalami sahabatnya "mabrouuuk akhi..mabrouk awasir" dan dijawab temannya "baraka Allahu fiek", begitulah adegan itu tidak hentinya selama 12 jam malam itu diantara hiruk pikuk kegiatan ibadah lainnya, ada yang shalat, ada yang dzikir ,ada yang membaca Al-Quran, dan ada juga yang tiduran, bergurau dan der i'tikap menyendiri.

Dimalam itu, sebenarnya saya juga ingin seperti yang lain pergi kemesjid menghidupkan malan, namun disebabkan kondisi Fisik yang tidak memungkinkan - maklum sudah seminggu ini belum mandi, musim dingin menjadikan saya malas untuk menyentuh air, badan sudah lumayan wangi ditambah dengan ketombe dirambut yang makin lebat, tidak mungkin-lah saya garuk kepala terus di mesjid, aling-aling nanti ada yang bersin lagi - akhirnya saya memutuskan untuk dirumah saja bersama kawan-kawan yang kebetulan tidak pergi kemesjid juga, entahlah alasan ketidak pergiannya meraka kemesjid saya tidak tahu, yang pasti saya perhatikan, mereka asik-asik saja nonton siaran langsun peringatan lailatul qodarnya Raja Muhamed VI di mesjid Hassan II yang disiarkan langsung RTM.

Bising dilantai kedua rumah -rumahnya tuan rumah kita ngekos- belum juga reda, Dzahra anak bungsu tuan rumah itu masih menangis sejak maghrib tadi, tidak seperti biasanya dzahra menagis selama itu, padahal selepas shalat ashar tadi saya lihat di pintu rumah sangat gembira sekali, sambil memutar - mutarkan badan memamerkan baju barunya ia tersenyum manja, senang juga saya melihatnya walau sedikit merasa aneh dengan dandanan anak itu, unik memang, anak yang baru berumur 3 tahunan itu didandani seperti seorang mempelai wanita, entah bagaimana triknya, tato "hanna" yang bermotif bunga itu bisa begitu rapih terjaga di tangan dan kakinya, padahal untuk menjadikannya kering membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian yang tidak sedikit.

akhirnya saya goda juga dia, "wow.. dzahra cantik sekali hari ini, mau kemana?" tanyaku iseng, " aku mau menjemput Malaikat " jawabnya terbata-bata, " lho mau menjemput malaikat dimana?" saya coba sambung lagi, " dilabo photo, disana dzahra mau naik kuda dan tandu pengantin lalu diphoto", jawabnya panjang , sebuah jawaban yang hanya membuahkan senyumanku saja , "oyaa....adaaa aja..kamu." kataku sambil mencolek pipinya, belum sempat saya tanya lagi, kakaknya datang mengajaknya pergi, dia pun tersenyum kearahku sambil melambaikan tangan.. " ovier..." sapanya lirih.

jelang pukul sembilan malam dzahra mulai reda, mungkin sudah capek menangis, kasihan juga kalau saya bayangkan, begitu cepat dia menukar kebahagiaan menjadi kesedihan yang sepertinya sangat sedih, tapi mungkin itulah dunia anak -anak, seperti kita dulu masa kecil, biasanya di hari- hari besar seperti ini bahagianya minta ampun tapi kadang sedihnya juga tidak kurang, sedang asiknya saya kejar - kejaran sama anak tetangga tiba-tiba "Dor" nabrak pintu misalnya, tentu nagis dong..., sebaris senyum kecilkupun mengakhiri ingatanku akan masa kecil dulu. walau semuanya itu tidak bisa menjawab "mengapa dzahra menangis?"karena dia tidak main dengan anak tetangga sore tadi, justru dia pergi dengan kakaknya "menjemput malaikat" (seperti yang diangankannya tadi) di labo photo, "atau...? jangan-jangan dia betul - betul melihat malaikat sore tadi, bisa jadi.. dia kan masih kecil, mungkin doanya di kabulkan tuhan" pikirku mengada-ada, "atau...? mungkin keinginannya itu tidak tercapai , biasa memang kita, dimoment - moment besar suka cepat sekali melupakan orang lain, berat rasannya untuk ikut mengantri, atau ikut pelaturan orang, yang penting kita bayar, urusan orang sabodooo, esok juga bisa, dan sepertinya dzahra jadi korban hari ini.

"EH.." tepuk salah satu temanku mengagetkan lamunanku, "kita kemesjid saja yuk!, laper neeh, disana kan bisa makan "ajaknya dengan penuh semangat, tapi dikarenakan memang dari tadi juga saya males untuk pergi, ajakannya itu saya tolak juga, soal makan kus-kus bukannya dua jam yang lalu juga kita buka puasa dengan makan kus-kus dari tuan rumah. "enggak deeh, lain kali saja" jawabku sambil melangkah untuk mengambil Al-Quran di atas TV, dan selang kawanku keluar, akupun meneruskan tadarusku yang masih tersisa 1 setengah dzuj lagi ke tamat diatas ranjang tidurku.

Malam terus bergulir kisah ini pun bersambung ...

No comments: