30.12.06
Hati hati dengan Yahoo Messenger anda
This summary is not available. Please
click here to view the post.
12.10.06
Cer -
Aku terlahir
ketika dunia mengedipkan mata
gelap, 10 menit mati
sebelum akhirnya terang kembali
aku terlahir
dengan sayatan tajam ujung padi
bersimbah darah, 15 tahun segar
ketika dunia mengedipkan mata
gelap, 10 menit mati
sebelum akhirnya terang kembali
aku terlahir
dengan sayatan tajam ujung padi
bersimbah darah, 15 tahun segar
sebelum akhirnya dikubur lagi
aku terlahir
dan terlahir kembali
tumbuh bersama, 2 ekor ayam jago
sampai akhirnya berlari sendiri
25 tahun sejak aku terlahir
dunia sudah memakai kaca mata
ujung padi sudah berisi besi
dan sijago berkokok di pelangi
inikah aku?
iyah, mungkin itu sayah
karena alhamdulillah dengannya
aku belum memiliki cermin.
aku terlahir
dan terlahir kembali
tumbuh bersama, 2 ekor ayam jago
sampai akhirnya berlari sendiri
25 tahun sejak aku terlahir
dunia sudah memakai kaca mata
ujung padi sudah berisi besi
dan sijago berkokok di pelangi
inikah aku?
iyah, mungkin itu sayah
karena alhamdulillah dengannya
aku belum memiliki cermin.
11.10.06
Coco kale kale Ore
Anak hujan berlari tertiup angin
disenja hari kala awan kelabu
lewati penjara syahid yang kuyup
selintas roh roh suci dilangit
mencumbu semerbaknya kapur barus
diantara basahnya dinding tinggi
lorong menjulur liku samar
remang tersekap waktu lama
kutulis kan ini dekat itu
termangu, topang dagu dan megupil
menunggu bisikan bisikan kecil
menanti sapaan harap
titik temu pelupa dunia
berlari secepat kilat
dengan menyambut petir
melepas lingkaran hitam
dan deru dengus syetan yang pergi
karena bosan kumaki, kucaci
dan kuusir,
minggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiir...........
aku bosan...
aku bosan dengan tertawa ria
aku rindu air mata
yang tangisi hari makan hati
tangisi hura minum dosa
tapi, aku malu...
pemalu dan memalukan
karena bersamaku topeng
tersenyum ramah
mencium pipiku
dan terus menasehati
" jangan gigit jari lagi
itu bekas upil..!!"
ya lal haul...
kutampar pipiku dengan keras
empat kali kiri dan kanan
barulah air mataku meleleh
bersama derap langkah baruku
yang sudah menjadi tontonan sore
coco kale kale ore.
disenja hari kala awan kelabu
lewati penjara syahid yang kuyup
selintas roh roh suci dilangit
mencumbu semerbaknya kapur barus
diantara basahnya dinding tinggi
lorong menjulur liku samar
remang tersekap waktu lama
kutulis kan ini dekat itu
termangu, topang dagu dan megupil
menunggu bisikan bisikan kecil
menanti sapaan harap
titik temu pelupa dunia
berlari secepat kilat
dengan menyambut petir
melepas lingkaran hitam
dan deru dengus syetan yang pergi
karena bosan kumaki, kucaci
dan kuusir,
minggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiir...........
aku bosan...
aku bosan dengan tertawa ria
aku rindu air mata
yang tangisi hari makan hati
tangisi hura minum dosa
tapi, aku malu...
pemalu dan memalukan
karena bersamaku topeng
tersenyum ramah
mencium pipiku
dan terus menasehati
" jangan gigit jari lagi
itu bekas upil..!!"
ya lal haul...
kutampar pipiku dengan keras
empat kali kiri dan kanan
barulah air mataku meleleh
bersama derap langkah baruku
yang sudah menjadi tontonan sore
coco kale kale ore.
10.10.06
Tapal Keledai
Menunggu senja
menanti Adzan maghrib
serambi jalan kota kenitra berkicau
ribuan burung gereja bernyanyi
menjerit ... mengadu denging
bersama kenalpot kenalpot mobil
Burung platuk beriring pulang
seperti klibatan roh putih melayang
burung bango diatas tiang listrik
bengong sendirian
yang kulihat dari belakang
bagaikan malaikat pencabut nyawa
memanggul parang kematian
perlahan langit memerah
dan redup menghitam
matahari pun tenggelam
diatas kuburan para suhada
lalu semerbak bau debu jalanan malam
yang penuh dengan jejak sepatu dan sandal
mereka yang mencari, menemukan,
dan membawanya pergi
malampun sepi
ditutup jendela cafe
dan pintu-pintu bar
dan aku disepanjang jalan itu
lupa shalat maghrib.
menanti Adzan maghrib
serambi jalan kota kenitra berkicau
ribuan burung gereja bernyanyi
menjerit ... mengadu denging
bersama kenalpot kenalpot mobil
Burung platuk beriring pulang
seperti klibatan roh putih melayang
burung bango diatas tiang listrik
bengong sendirian
yang kulihat dari belakang
bagaikan malaikat pencabut nyawa
memanggul parang kematian
perlahan langit memerah
dan redup menghitam
matahari pun tenggelam
diatas kuburan para suhada
lalu semerbak bau debu jalanan malam
yang penuh dengan jejak sepatu dan sandal
mereka yang mencari, menemukan,
dan membawanya pergi
malampun sepi
ditutup jendela cafe
dan pintu-pintu bar
dan aku disepanjang jalan itu
lupa shalat maghrib.
>>>> tElEdiARiO :
gak jelasss hari ini
8.10.06
Ya Pergi Saja
yang dibalik jendela
mungkin senyumu
tidak akan kulihat lagi
sejak maghrib ini
yang dibalik jendela
ucapan selamat tinggalku
ada dijendela yang perlahan kututup
agar engkau tidak kaget
yang dibalik jendela
tidurlah... lelaplah... dan terbanglah
aku tidak akan mengganggumu lagi
maafkanlah aku yang berisik
yang dibalik jendela
aku pergi ...
>>>> tElEdiARiO :
bye bye .. my Computer ...
mungkin senyumu
tidak akan kulihat lagi
sejak maghrib ini
yang dibalik jendela
ucapan selamat tinggalku
ada dijendela yang perlahan kututup
agar engkau tidak kaget
yang dibalik jendela
tidurlah... lelaplah... dan terbanglah
aku tidak akan mengganggumu lagi
maafkanlah aku yang berisik
yang dibalik jendela
aku pergi ...
>>>> tElEdiARiO :
bye bye .. my Computer ...
16.7.06
Memancing
suatu hari di depan pasar trdisional rabat seorang kakek tua penjual air minum (garb) berusaha menghentikan langkah saya, seraya menyapa dia menawarkan segelas air minum "dengan menyebut nama allah minumlah anaku" masih dalam keadaan berjalan saya pun menolaknya dan dengan ucapan terima kasih saya langsung menghindar, tapi kakek itu terus mengejar dan semakin kuat memanggil "demi tuhan ambilah anaku,ini fisabilillah dan bila engkau minum air ini insyaallah masuk sorga" saya kontan tersentak dan berhenti, dengan penuh keraguan akhirnya air tersebut saya minum, setelah minum iseng-iseng saya tanya " kek benarkah saya akan masuk sorga setelah minum air ini?" sambil tersenyum kakek itu malah menggandeng pundak saya dan mengajak jalan menuju pantai oudaya.
sepanjang perjalan dia cerita panjang lebar seputar hikayat air,hakekat air dan berkah air bagi manusia hingga tiba pada suatu kesimpulan bahwa air adalah salah satu anugrah tuhan yang sangat besar bagi manusia, kita mesti mensyukurinya yaitu dengan menggunakannya untuk kebaikan bersama, serta menghargainya layaknya ciptaan Allah lainnya, dan dari penghargaan itulah yang akan membawa kita kesorga. dan akirnya dia pun cerita juga tentang suka dukanya sebagai penjaja air minum tradisional yang ternyata sudah turun menurun dari keluarganya itu dengan persaingan tidak seimbang dengan produk dari pabrik air minum botol yang sungguh cerita yang sangat mengharukan dan memancing saya untuk membeli airnya juga.
***
Dilorong depan terowongan stasiun kereta api kenitra besar yang merupakan pintu terusan menuju universitas ibn toufeil bagi mahasiswa yang datang dari arah barat seorang pengemis tua duduk bersila diatas tongkat penyangga kakinya seraya tidak henti hentinya mendo'akan mahasiswa dan mahasiswi yang lalu lalang didepannya, do'a do'a " semoga allah memberikan kelulusan" "semoga allah memberimu ilmu yang bermanfaat" "semoga Allah memberikan petunjuk" dan do'a lainnya terus dikumandangkan. sesekali kalau saya pulang berjalan kaki saya pun melewatinya dan sengaja uang yang saya sediakan untuk ongkos bis saya taruh di piring yang telah ia sediakan.
namun dari beberapakali saya melewatinya, yang tampak dalam piring itu hanya ada tiga koin satu dirhaman, suatu hari sepulang dari kuliah saya iseng berkenalan dengannya dan setelah bercakap cakap panjang akhirnya saya beranikan diri bertanya, saya bilang " hari ini sudah sore sekali apakah hanya ada tiga orang saja yang bersedekah?" pak ahmad begitulah dia memperkenalkan namanya dengan tanggungan satu orang anak dibangku setingkat Sd itu kaget "lho... kamu tahu dari mana?" beliau balik bertanya. saya pun akhirnya jujur kalau saya menafsirkan tiga orang itu dari isi piringnya yang hanya ada tiga koin dirhaman. dan diapun tersenyum sambil mengusap usap kepala saya.
sambil menarik nafas panjang beliau bertutur "itulah konsep memancing", walau dia menolak memberitahu penghasilannya perhari berapa namun saya dapat menyimpulkan bahwa tiga dirham itu hanyalah umpan untuk memancing agar ada kesan bahwa masih ada orang yang peduli, urusan beliau dapat berapa itu sudah dicatat takdir karena menjadi seorang pengemis ternyata sama halnya seperti seorang nelayan yang memancing diair keruh yang memungkinkan untuk pulang dengan ikan yang banyak atau sama sekali tidak dapat apa-apa. diakhir pembicaraan beliau bertanya "kamu dapat beasiswa?" saya jawab "enggak" "terus orangtuamu kirim uang?" saya jawab lagi "enggak" raut wajahnya tampak heran "lalu darimana kamu dapatkan uang?" saya pun tersenyum dan sambil berpamit saya bilang "arrizku minallah (rezeki itu datangnya dari allah)", dengan senyum beliaupun mengangguk setuju.
***
memancing dalam artian sebenarnya adalah hoby yang sudah saya kenal sejak kecil, adapun di maroko pertama kali saya memancing di samudra atlantik itu akhir september 2004 di pantai al jadida dan kebetulan ada teman yang saudaranya penjaga pintu pabrik posfat jadi memancing malam itu kami adakan diatas tabung tabung limbah posfat yang ditanam menjulur ketengah, sahdan kita tidak perlu perahu untuk ketengah pantai, lain panatai lain ikannya dengan gaya memancing ala di rawa depan rumah dulu yang saya pakai satu pun ikan tidak ada yang menyentuh kail saya, sampai dini hari satu pun ikan tidak saya dapatkan, sampai akhirnya datanglah rombongan para nelayan yang hendak memancing disana, saya intip cara mereka memancing ternyata tidak pakai doran hanya senar dan kail saja dan tanpa pemberat hanya dijatuhkan saja dipermukaan air kailnya dan cara mereka begitu epektif dan banyak sekali ikan yang mereka dapatkan, yah akhirnya sayapun menggunakan cara itu, barulah dapat ikan.
memancing ternyata tidak semudah yang terbayangkan ...
23.4.06
Sang Pembawa Sorga
Sang Pembawa Sorga
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُواْ النِّسَاء كَرْهاً وَلاَ تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُواْ بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلاَّ أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً - النساء –18
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka, karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Q.S An Nisa’ . 18)
Yang dimaksud “tidak halal bagi kamu mewariskan wanita dengan jalan paksa” dalam ayat ini sama sekali tidak menunjukan bahwa mewariskan wanita yang tidak dengan jalan paksa dibolehkan. Menurut adat sebahagian Arab Jahiliyah apabila seorang meninggal dunia, maka anaknya yang tertua atau anggota keluarganya yang lain mewariskan janda itu. Janda tersebut boleh dikawini sendiri atau dikawinkan dengan orang lain yang maharnya diambil oleh pewaris tersebut atau sama sekali tidak dibolehkan kawin lagi. Sedangkan yang dimaksud “pekerjaan keji yang nyata” tersebut adalah berzina atau membangkang dari perintah.
Walaupun hubungan antara pria dan wanita telah seujur usia bumi ini, namun keharmonisan hubungan tersebut belum bisa disejajarkan dengan sejarah panjangnya dialog seputar isu-isu sosial kewanitaan, status, hak dan lain-lainnya yang acap kali menimbulkan ketimpangan pemahaman diantara dua penghuni bumi tersebut, apalagi sebelum datangnya ajaran agama islam.
Semua itu terlahir dari berbagai pandangan, karena tidak semua laki-laki sama dalam memandang wanita, ada yang menganggap wanita itu sebagai bunga yang harus dijaga, ada yang menganggap hanya untuk dipetik saja, dan bisa diperjual belikan atau bahkan ada yang membiarkannya bebas berkeliaran di kebun-kebun pengembaraan. Begitupun sebaliknya, dan berbagai pandangan bebas itu tampak jelas dalam lembaran sejarah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Peradaban Mesir Kuno misalnya, mengganggap wanita hanya sebagai “pelengkap penderita” bagi laki-laki. Tak heran kalau seorang raja memiliki puluhan gundik atau gadis-gadis tawanan. Bahkan, menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud dalam bukunya al-Mar’ah al-Muslimah wal Fiqhu Da’wah Ilallah, banyak di antara raja Mesir yang menikahi saudara perempuannya sendiri atau bahkan putrinya sendiri.
Selain itu, kisah tentang persembahan gadis cantik untuk sungai Nil dan kisah tentang adanya para penari wanita di negeri Mesir tak asing lagi di telinga kita. Semuanya ini menunjukkan betapa rendahnya kondisi wanita di zaman peradaban Mesir Kuno.
Di negeri Babylonia, nasib kaum Hawa tak jauh beda. Mereka dianggap barang dagangan yang bisa dijual belikan seenaknya. Menurut salah satu undang-undang Babylonia dulu, bila seorang istri sedang ditinggal pergi suaminya, ia bisa hidup dengan laki-laki lain sampai suaminya kembali. Praktik pelacuran adalah kebiasaan yang diwarisi di negari Babylonia ini hingga dihapuskan sekitar tahun 250 SM.
Menurut peradaban Cina, seorang suami boleh menjual istrinya kalau ia memerlukan uang. Seorang istri tak boleh makan bersama suaminya. Ia hanya diperkenankan makan dari sisa-sisa suaminya. Peradaban Cina Kuno juga membuat peraturan yang menempatkan wanita sebagai pemuas nafsu laki-laki. Marco Polo, pemimpin ekpedisi Spanyol pernah menyaksikan segerombolan pelacur di Cina saat ia datang ke tempat itu. Pemerintah Cina kala itu memang sengaja “memelihara” mereka untuk dipersembahkan kepada para tamu.
Pemerintah Yunani Kuno mengakui adanya praktik prostitusi secara resmi. Mereka dikenakan pajak untuk disetor pada negara. Dari penghasilan ini, pemerintah menganggap sumber ekonomi yang paling penting.
Menurut peradaban India Kuno, wanita tak punya hak sedikit pun untuk menentukan suami. Di antara mereka, banyak yang diwajibkan menjadi pelayan-pelayan Tuhan atau Kuil. Mereka diwajibkan melayani para tokoh Kuil yang dikenal dengan Dukun Brahmana. Undang-undang Peradaban India hanya membolehkan delapan macam perkawinan yang semuanya tak menjamin kehormatan wanita.
Beberapa ajaran agama-agama selain Islam pun menganggap kaum Hawa tak lebih dari sumber malapetaka. Misalnya, orang-orang Yahudi dan Nasrani menganggap yang membujuk Nabi Adam untuk memakan buah terlarang adalah istrinya, Hawa. Dialah yang telah membisiki Adam dan membujuknya untuk memakan buah tersebut. Dari sini kemudian wanita dianggap sebagai penyebab pertama “malapetaka kemanusiaan”. Wanitalah yang telah menyebabkan Adam dan keturunannya dikeluarkan dari surga (Qardhawi Bicara Soal Wanita, Arasy, Maret 2003).
Agama Hindu pun sama. Ia menganggap wanita sebagai makhluk yang paling berbahaya, lebih berbahaya daripada api. Wanita dianggap makhluk yang berbahaya melebihi ular. Agama Yahudi juga tak memberikan tempat terhormat bagi wanita. Dalam pandangan agama ini, wanita tak mempunyai hak kepemilikan, hak waris, dan merupakan makhluk terkutuk.
Agama Kristen pun memandang hina wanita. Kata Paus Turtulianus, “Wanita adalah pintu gerbang setan, masuk dalam diri laki-laki untuk merusak tatanan Tuhan dan mengotori wajah Tuhan yang ada pada laki-laki.”
Pada zaman Jahiliyah menjelang diutusnya Rasulullah saw, kedudukan wanita pun tak kalah hinanya. Bangsa Arab kala itu sangat membenci anak perempuan. Mereka tak segan-segan menguburnya hidup-hidup.
Di sisi lain, wanita sangat didewakan, disanjung dan dipuja. Dia diberikan posisi bebas. Dengan alasan Hak Asasi Manusia, wanita diberikan kebebasan melakukan apa saja, termasuk memikat daya tarik laki-laki dengan menjadi bintang iklan. Mereka juga dibolehkan bergaul bebas dengan lawan jenis.
Dengan dalih emansipasi, wanita diminta memberontak dari ajaran agamanya. Untuk mendukung ide emansipasi, kaum Feminis mengungkap fakta bahwa banyak kaum wanita yang memiliki otak brilian seperti laki-laki. Dengan dalih tersebut, mereka ingin menyejajarkan wanita dan pria pada satu tingkat dalam segala hal. Kodrat alamiah wanita diabaikan, bahkan kalau mungkin dialihkan kepada laki-laki.
Di Amerika, tempat lahirnya Gerakan Pembebasan Wanita, gerakan emansipasi atas nama demokrasi dianggap “berhasil”. Tapi bagaimana fakta sebenarnya? Kendati jumlah wanita bekerja meningkat, tapi pendapatan ekonomi mereka rata-rata menurun. Dua dari tiga orang dewasa yang miskin adalah wanita. Tingkat upah pun ternyata tak berubah. Data tahun 1985 menunjukkan tingkat upah rata-rata wanita di AS adalah 64 % dari tingkat pria, sama dengan tahun 1939.
Kekerasan terhadap wanita di negeri yang mengaku paling demokratis ini pun sangat tinggi. Wanita mengalami tindak kekerasan di setiap delapan detik! Setiap jam sebanyak 78 anak gadis diperkosa. Data lain menyebutkan, sekitar 13 % atai 12,1 juta anak gadis Amerika sudah pernah diperkosa lebih dari satu kali. Yang lebih mengejutkan, enam dari sepuluh anak yang diperkosa (61%) belum mencapai usia 18 tahun. 29 % dari korban perkosaan rata-rata berumur 11 tahun, dan 32 % dari mereka berumur antara 11 sampai 17 tahun.
Di Jerman, negara yang juga dianggap menghormati wanita, menurut penelitian, setiap lima belas menit terjadi perkosaan terhadap wanita. Jadi, menurut data kepolisian setempat, terdapat 35.000 wanita yang diperkosa. Data riil di lapangan tentu lebih banyak (Maisar Yasin, Wanita Karir dalam Perbincangan, hlm 96).
Di Maroko, presentase rata-rata yang buta huruf itu 67 % nya wanita, seperti yang diaransir koran ahdats al magribiyah inipun bentuk dari tradisi lama kaum pria yang menempatkan posisi wanita hanya untuk didapur. Dan itulah salah satu dari tujuan direvisinya UU kekeluargaan yang lebih menitik beratkan kepada meningkatkan derajat kaum wanita sekarang ini.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Dalam sejarah indonesia telah jauh mengawali dan menyadari akan kualitas dan peran serta kedudukan perempuan melalui penegakan hak di segala bidang dengan didirikannya organisasi “Putri Merdeka” pada tahun 1912. Sehingga dengan didirikannya organisasi tersebut telah menggugah organisasi kewanitaan lainnya, seperti Aisyah, Muslimat dan Persis untuk bahu-membahu mengangkat citra perempuan Indonesia kala itu. Bahkan tepat pada tanggal 22 Desember 1928, wanita Indonesia mampu menyelenggarakan kongres Perempuan Indonesia yang sekarang kita hormati sebagai hari Ibu. Sedangkan PBB baru mendeklarasikan hari Ibu sedunia pada tahun 1975 di Mexico City.
Semoga peringatan itu tidak sebatas seremonial, namun mampu mengurangi berita kasus perkosaannya derap hukum SCTV, menghapus kisah pelacurannya nah ini dia Pos Kota, menghilangkan iklan berpose wanita populer dimajalah Popular dan sederet kasus lainnya yang mengamini salah satu filsafat yunani “Homo Homini Lopus” manusia bagi manusia lainnya adalah serigala.
Dan Islam melalui Al Qur’an dan Sunahnya tanpa diperingatipun telah lama memperingatkan kita, “bil ma’ruf” atau dengan patut dalam ayat ke 19 Surat An-Nisa tersebut adalah perintah kepada mereka yang beriman untuk memperlakukan wanita itu dengan cinta, kasih sayang dan penghormatan sebagai sesama hamba Allah.
Dirgahayu Ibuku, kami semua mendambakan sorga itu masih berada ditelapak kakimu…(wallahua’lam bissowab).
Subscribe to:
Posts (Atom)