15.4.07

Asia Dan Afrika Penting Bagi Perdamaian Dunia (Bagian 2)

( Dikutip Dari Buku "Liku-Liku Kehidupan Seorang Diplomat" Perjalanan Diplomatik H. Imrad Idris, Halaman: 133-135 )

Esok harinya, tanggal 3 Mei 1960, Presiden Soekarno, disertai oleh sebagian besar anggota rombongan, dengan pesawat Constellation Royal Air Maroc berangkat ke kota Marrakech, 260 km di selatan Rabat. Presiden Soekarno dalam perjalanan didampingi Putera mahkota Moulay Hassan. Penyambutan di Marrakech sama dengan di Rabat, dimulai dengan upacara adat, kemudian berkeliling kota, meninjau gedung-gedung berserjarah. Tengah hari diadakan santapan tradisional Maroko dan sorenya rombongan Presiden bertolak ke Rabat. Malamnya Raja Mohammad V menjamu Presiden Soekarno dan 16 anggota rombongan dalam Banguet Royal yang diadakan di Istana Dar-es-Salaam.


Dalam jamuan resmi ini Raja Mohammad V menyambut Presiden Soekarno sebagai seorang pahlawan kemerdekaan dunia Islam dan seorang pemimpin perjuangan Indonesia yang tangguh. Ia berharap, lawatan Presiden Soekarno dapat merupakan sumbangan positif untuk kerjasama lebih erat antara Negara-negara Asia dan Afrika. Dalam pidato balasannya, Presiden Soekarno menegaskan pentingnya kedudukan negara-negara Asia dan Afrika dalam stabilitas perdamaian dunia. Ia berharap pristiwa-pristiwa yang mulai bergolak di Afrika mendapatkan perhatian dan penilaian yang sungguh-sungguh dan tepat. Tanpa penilaian tepat dari pristiwa-pristiwa itu, dan tanpa diperlakukannya keadilan politik dan sosial terhadap Negara-negara Afrika yang baru merdeka, tidak akan dapat terlaksana pengertian yang baik antara negara-negara itu dengan dunia luar.

Raja Mohammad V menganugrahkan Bintang Mahkota (Orde du Trone) kepada Presiden Soekarno. Presiden Soekarno sebaliknya menganugrahkan Bintang Sakti kepada Raja Mohammad V. dalam kesempatan itu Presiden Soekarno menyerahkan cek sebesar US$ 10.000 kepada Raja Mohamad Vsebagai bantuan Pemerintah RI untuk korban gempa bumi di kota Agadir tanggal 25 Pebruari 1956 yang menewaskan lebih dari separuh penduduknya.

Selama kunjungan Presiden Soekarno, di Rabat dan di Marakech di dinding gedung-gedung sampai pohon-pohon di tempelkan foto-foto Presiden Soekarno. Di gedung-gedung pemerintahan yang penting di pasang foto besar Presiden Soekarno dan Raja Muhammad V. selain itu, mulai dari bandara Sale, di jalan-jalan yang dilalui oleh Presiden Soekarno dan rombongan, baik dirabat dan juga Marakech, dipasang pula spanduk-spanduk yang mengelu-elukan persahabatan Maroko dengan Indonesia dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Kementrian Penerangan Maroko membagikan kepada pers bahan-bahan penerangan tentang Indonesia yang disadur dari bahan-bahan penerangan yang dibawa dari paris. Radio Maroko memperdengarkan lagu-lagu Indonesia pada tanggal 1 Mei diadakan siaran khusus, wawancara dengan Duta Besar Nazir Pamuntjak. Fasilitas lain yang diberi oleh Kementrian Penerangan Maroko ialah komunikasi radio selama 1 jam tiap hari dengan RRI Jakarta.

Kunjungan Presiden Soekarno ke Maroko ini merupakan kontak pertama antara kepala negara dengan pemerintah dan kedua pihak yang diharapkan dapat membuka jalan bagi mereka untuk salaing lebih mengenal. Kunjungan Presiden Soekarno juga lebih memperkenalkan Indonesia di luar negri. Sungguh pun begitu, bagi bangsa Maroko ini bukan merupakan perkenalan pertama dengan Indonesia. Melalui Presiden Soekarno, Indonesia sudah dikenal luas di Maroko. Sekarno disegani sebagai Pemimpin Revolusi Indonesia. Lebih dari itu, ia tidak dapat dilihat terlepas dari Konferensi Asia-Africa. Tidak sedikit diantara rakyat Maroko, terutama yang muda, yang mendengar pidato Presiden Soekarno di konferensi Asia-Afrika merasa betapa isinya memberi harapan kepada perjuangan bangsa mereka. Seperti dikatakan oleh seorang mahasiswa Maroko, “bagi saya pidato Presiden Soekarno di Konferensi Asia-Afrika ini menambah keyakinan saya untuk lebih gigih meneruskan perjuangan bangsa kami yang waktu itu sedang melalui taraf yang sulit sekali”.

Berkata pula seorang pemuda Maroko’ “saya bersama beberapa teman sedang berada di restoran ketika mendengar berita tentang pembukaan Konferensi Asia-Afrika. Serentak kami berpekik: Vive Bandung!. Tanpa menyadari bahwa agen agen polisi Pemerintah masih merajarela. Segera seorang Prancis berpakaian preman mendatangi kami, tetapi kami semua sempat melarikan diri. Bernada kritis adalah komentar yang diberikan oleh seorang wartawan Maroko. Ia berkata, “Bangsa Indonesia telah memberi contoh kepada kami bagaimana seharusnya kami bertindak terhadap kaum penjajah. Dalam hal ini Bangsa Indonesia lebih beruntung, karena letak Indonesia sangat jauh dari Negeri belanda. Letak geografis Maroko tidak memungkinkan kami menggunakan cara perjuangan seperti Indonesia, tetapi kami yakin bahwa Raja kami akan bertindak bijaksana, membimbing negara dan rakyat Maroko”.

1 comment:

pipitpadi said...

Sukarno dan perdamaian...