JIN DAN JUS
Perkenalanku dengan seorang Kiayi « unik » begitulah aku menyebutnya, bukan pertemuannya yang unik, tapi emang kiayinya yang sudah unik terlebih dahulu, aku memanggilnya demikian karena selain mampu berbreak-dance ala las kecup,juga karena kezig jagannya dalam mengekploitasi hukum « ya atau tidak » ketika berhadapan dengan orang yang dia kenal, tidak terkecuali denganku… ah..udahlah, tidak perlu kita umpat, karena yang dapat menilai lurus dan tidaknya amal itu hanya yang diatas, dialah yang maha tahu segala yang ada dilubuk kita, bukankah syarat masuk surga itu hanya satu, sebanyak apapun amal, serajin apapun ibadah dan sebesar apapun pahala yang kita miliki, aku rasa tidak cukup untuk membeli Sorga, yang tentu harganya « sudah pasti mahal », bukankah semakin banyaknya permintaan pasar dan langkanya barang, otomatis akan menaikan harga ?…. astagfirullah kalau aku salah, hanya yang aku ketahui dari kitabNYA bahwa di Sorga itu tidak berlaku hukum gossen, tepatnya gossen dua, karena semua pemuas kebutuhan setelah mencapai puncaknya tidak akan kembali kebawah kurpanya, kita akan selalu dalam puncak kepuasan, tidak ada yang kelaparan disana juga tidak ada yang mual-mual karena kebanyakan makan…. Wawllahu ‘alam……
Lalau… hubungannya dengan jin dan jus dimana ? oh, iya terlalu kepanjangan pembukaannya, sebenarnya aku hanya ingin memperkenalkan kiyai tsb saja, hubungannya tentu antara aku dan kiayi unik tadi,… ringkasnya begini..suatu hari aku curhat sama pak kiyai tadi, kataku, pak kiayi… aku « semasa bapak masih ada », kalau aku terserang sakit, apapun jenis penyakitnya, bapak selalu memberikan segelas Jus, warnanya kemerah-2han, wangiiii banget, didalamnya ada gulungan kertas, tapi kadang- kadang hanya air putih saja dan alhamdulillah sembuh, bahkan kebiasaanku juga, aku selalu dimandiin asap kemenyan apalagi menjelang ujian dan semua barang-barang yang aku pakai tidak lepas dari sensornya, misalnya minyak wangi, minyak rambut, bahkan kamar yang akan aku pergunakan juga, pernah aku sempat ngambek sama bapak karena harus berkeliling mengelilingi kamarku di DU « darul ulum » yang ekstra gede itu….dengan membawa bakaran kemenyan, pertanyaanku buat pak kiayi… bagaimana seeh pandangan pak kiayi mengenai masalahku ini ? jawaban yang aku dapati sangat sederhana … sembari senyum pak kiayi bilang… jus itu ada jinnya, jadi kamu telah meminum jin,terbukti disana ada maharnya kertas dan tinta ja’faron, dan disana ada asap yang sering dipergunakan orang sebagai penghubung dua alam…
Mendengar itu, sepontan aku terperanjat kaget bukan main, makin banyak pertanyaan yang muncul, bercandakah dia ? lalu kalau disetiap gelas ada jinnya, sudah berapa ratus jin yang aku minum? Karena yang aku minum bukan segelas dua gelas… lalu kalau secara hitung hitungan perkalian, bukan aku saja yang diberi minuman jus itu, banyak sekali orang-orang yang datang kepada bapak ,jadi segitu banyak bapak punya jin yang bisa jadi jus ? saya rasa pertanyaan ku terlalu polos… pak kiayi… yang ingin aku ketahui saat ini, apakah hukumnya ini semua menurut islam ? dan kalau benar ada jinnya, bagaimana cara mengeluarkannya kembali ? em… sekarang mimik pak kiayi sedikit serius.. begini, kalau kita meminta pertolongan secara ghaib kepada selain allah, saya rasa kamu sudah tahu sendiri hukumnya, namun jika itu semua hanyalah perantara,yang pada dasarnya permohonan itu ditujukan kepada yang diatas, dan jin itu hanya sebagai media meditasi.. itu yang masih ada perbedaan….ukh… sambil menghembuskan nafas panjang, pak kiayi mengakhiri dengan pesan… ikutilah cerita ini sampai tuntas, niscaya kamu akan menemukan sendiri jawabannya…..
Oke.. redaku dalam hembusan nafas panjang juga, jawaban sementara pak kiayi itu sudah bisa sedikit menenangkanku, karena yang aku harap « masih ada perbedaan »itu bermakna baik buatku juga buat bapakku.. nanti diakhir, dan walaupun itu beralamat tidak baik bagi kami, kami hanya mampu berserah diri diharibaannya, memohon ampun « astagfirullah…astagfirullah…astagfirullah, ya allah ampunilah dosa kami semua, yang secara disadari atau tidak disadari telah berpaling darimu, kami mohon keridoanmu diatas segalanya… amien.. »
Eh, be-te-we… khan diatas tadi ada satu syarat untuk masuk Sorga, apaan tuh? Ya, kalau dalam kalimat panjangnya, syarat masuk sorga adalah menghilangkan rasa curiga kita bahwa kita tidak akan mampu untuk memasukinya sehingga dapat merubah niat ibadah kita dari karena Allah menjadi karena Sorga “hati-hati disini kita telah meletakan sorga diatas segalanya” beribadahlah karena Allah karena Dia Maha tahu bahwa umatnya tidak akan mampu membeli Sorganya, serahkanlah segalanya padaNya, dan kalau dengan kalimat hematnya, syarat masuknya itu adalah keridhoan Allah, kalau Allah telah ridho kita untuk masuk sorganya,niscaya kita akan masuk,dengan sekecil apapun amalan kita.
Ya Allah… anugrahkanlah keridhoanmu untuk kami dan Bapakku,agar beliau bisa berada di Sorgamu bukan di Bagdhad seperti yang dielukan orang….amien.